Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
Abdullah bin Muhammad As-Salafi  
  Kunjungan Buku : 99462  
Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
     Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
     Mukaddimah
     Sejarah Lahirnya Rafidhah
     Sebab Penamaan Syi’ah dengan Rafidhah
     Berbagai Macam Sekte Rafidhah
     Aqidah Bada’ yang Diyakini oleh Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Sifat-sifat Allah
     Aqidah Rafidhahtentang al-Qur'an yang Dijaga Keotentikannya oleh Allah
     Aqidah Rafidhah tentang Para Sahabat Rasulullah
     Sisi Kesamaan Antara Yahudi dan Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Imam-imam Mereka
     Aqidah Raj’ah bagi Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Taqiyyah
     Aqidah Rafidhah tentang ath-Thinah
     Aqidah Rafidhah tentang Ahlus Sunnah
     Aqidah Rafidhah tentang Nikah Mut’ah dan Keutamaannya
     Aqidah Rafidhah tentang Kota Najf dan Karbala serta Keutamaan Menziarahinya
     Sisi Perbedaan Antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah
     Aqidah Rafidhah tentang Hari ‘Asyura dan Keutamaannya Menurut Mereka
     Aqidah Rafidhah tentang Bai’at
     Hukum Pendekatan Antara Ahlus Sunnah yang Mengesakan Allah dengan Syi’ah yang Menyekutukan-Nya
     Komentar Ulama Salaf dan Khalaf tentang Rafidhah
     Surat al-Wilayah yang Diakui Rafidhah Termasuk Satu Surat dalam al-Qur’an
     Lauh Fathimah Didakwakan Sebagai Wahyu yang Turun kepada Fathimah
     Doa Dua Patung Quraisy
     Penutup
     Referensi Penting untuk Membantah Aqidah Syi’ah
     Buku-buku Kontemporer
     Beberapa Situs Rujukan untuk Membantah Syi'ah
     Sambutan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
 
Aqidah Rafidhahtentang al-Qur'an yang Dijaga Keotentikannya oleh Allah

Rafidhah yang dikenal dewasa ini dengan Syi'ah, mengatakan bahwa al-Qur'anul Karim yang ada pada kita (yang kita kenal ini) bukan al-Qur'an yang ditu-runkan Allah  kepada Nabi Muhammad  karena sudah mengalami perubahan, penggantian, penam-bahan dan pengurangan.

Mayoritas periwayat hadits Syi'ah berkeyakinan adanya perubahan dalam al-Qur'an, sebagaimana di-katakan oleh an-Nuuri ath-Thabrasi dalam bukunya Fashlul Khitab fi Istbat Tahriifi Kitabi Rabbil Arbaab.[1]

Muhammad bin Ya'kub al-Kulaini berkata dalam bukunya Ushuulul Kaafi pada bab: Yang Mengumpul-kan dan Membukukan al-Qur'an Hanya Para Imam, diriwayatkan dari Jabir, dia berkata saya mendengar Abu Ja'far berkata: “Siapa yang mengaku telah me-ngumpulkan al-Qur'an dan membukukan seluruh isi-nya sebagaimana yang diturunkan Allah, maka sesung-guhnya ia seorang pendusta, tidak ada yang mengum-pulkan dan menghafalkannya, sebagaimana diturun-kan oleh Allah , melainkan Ali bin Abi Thalib dan para imam sesudahnya.”[2]

Dari Jabir, dari Abu Ja'far alaihissalam, dia me-ngatakan: “Tidak ada seorang pun yang mampu me-nyangka bahwa dia mempunyai semua al-Qur'an baik yang lahir maupun yang batin kecuali orang-orang yang diberi wasiat.”[3]

Dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah, beliau berkata: “Sesungguhnya al-Qur'an yang dibawa Jibril kepada Muhammad  ada tujuh belas ribu ayat.”[4] Berarti al-Qur'an yang diyakini oleh orang Rafidhah adalah tiga kali lipat lebih banyak dari al-Qur'an yang ada pada kita Ahlus Sunnah—yang Allah berjanji akan menjaganya—Kita berlindung kepada Allah dari ke-burukan mereka.

Dijelaskan oleh Ahmad ath-Thabrasi dalam buku-nya al-Ihtijaj, bahwa Umar berkata kepada Zaid bin Tsabit:

“Sesungguhnya Ali membawa al-Qur'an yang isi-nya membongkar aib kaum Muhajirin dan Anshar, ka-rena itu kami mempunyai pendapat untuk menyusun sendiri al-Qur'an, dari situ kita menghilangkan kejelek-an-kejelekan dan rusaknya kehormatan orang-orang Anshar.” Maka Zaid memenuhi permintaan itu, dan berkata: “Jika saya telah merampungkan penyusunan al-Qur'an, sesuai dengan yang kau minta, kemudian Ali menampakkan al-Qur'an yang disusun dan yang ditulisnya, bukankah ini akan membuat apa yang eng-kau kerjakan sia-sia?”

Umar  berkata: “Jika demikian, bagaimana ja-lan keluarnya?” Zaid menjawab: “Engkau lebih me-ngetahuinya.” Maka Umar berkata, “Tak ada jalan lain kecuali dengan membunuhnya dan kita bisa be-bas darinya.” Dari situ Umar merancang cara pembu-nuhannya dengan menugaskan Khalid bin Walid, namun ia gagal dan tak berhasil mewujudkannya.

Kemudian ketika Umar bin al-Khatthab diangkat menjadi khalifah, dia meminta Ali menyerahkan al-Qur'an untuk dirubah di antara mereka, maka Umar berkata: “Wahai Abul Hasan berikanlah Al-Qur'an yang pernah engkau perlihatkan kepada Abu Bakar, sehing-ga kita bisa bersatu mengikutinya. Ali bin Abi Thalib  menjawab: “Mustahil, tidak ada alasan untuk bisa me-nyerahkan al-Qur'an ini kepadamu, dulu saya pertun-jukkan al-Qur'an ini kepada Abu Bakar  untuk dija-dikan saksi atasnya, dan kalian tidak ada alasan lagi pada Hari Kiamat untuk mengatakan:

)إِنَّا كُنَّا عَنْ هذا غافِلِينَ(  Ø§Ù„أعراف [172]

“Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini.” (Al-A’raf: 172).

(ما جئتنا) الأعراف [129]

“Dan sesudah kamu datang.” (Al-A’raf: 129)[5]

Sungguh al-Qur'an ini tidak boleh ada yang me-nyentuhnya melainkan orang-orang yang suci dan orang yang telah kuwasiatkan kepadanya dari anak cucuku.” Umar berkata: “Jika demikian, kapan waktu untuk menampakkan al-Qur'an ini?” Ali bin Abi Thalib menjawab: “Di saat salah seorang penerus dari anak cucuku tampil, memperlihatkan al-Qur'an tersebut dan mengajak manusia untuk mengikutinya.”[6]

Meskipun orang-orang Syi'ah berpura-pura berle-pas diri dari bukunya an-Nuuri at-Thabrasi dengan ber-pegangan pada prinsip taqiyyah, sesungguhnya buku ini memuat beratus-ratus teks dari tokoh-tokoh mereka dalam buku-buku yang mereka akui. Buku-buku terse-but jelas mengungkap pengubahan (al-Qur'an) ini, ta-pi mereka tak menginginkan adanya keributan karena tersebarluasnya kejanggalan aqidah mereka tentang al-Qur'an ini.

Setelah jelas aqidah mereka tentang al-Qur'an, maka nampak bahwa di sana ada dua al-Qur'an: Per-tama, al-Qur'an yang diketahui kaum Muslimin. Ke-dua, al-Qur'an yang disembunyikan—di antaranya yang memuat surat al-Wilayah.

Di antara isapan jempol kaum Syi'ah Rafidhah bahwa ada ayat yang dihapuskan dari al-Qur'an seba-gaimana disebutkan oleh an-Nuri at-Thabrasi dalam kitabnya Fashlul Khitab fi Itsbat Tahriifi Kitabi Rabbil Arbaab, ada sebuah ayat:

أَلَمْ نَشْرَحْ

Ayat itu berbunyi:

وَجَعَلْنَا عَلِيًّا صِهْرَكَ

“Dan telah Kami tinggikan namamu, dengan Ali sebagai menantumu.”

Ayat ini dihilangkan dari surat al-Insyirah.[7] Tanpa malu-malu mereka mengatakan hal ini, padahal mere-ka tahu bahwa ini adalah surat Makkiyyah (surat yang diturunkan sebelum Nabi r hijrah ke Madinah), dan pada saat itu Ali belum menjadi menantu Nabi r di Makkah.

 

 

 

Ñc&dÐ

 

 



[1]       Husain bin Muhammad Taqi an-Nuuri ath-Thabrasi, Fashlul Khitab, 32

[2]       Al-Kulaini, Ushulul Kafi, 1/228

[3]       Al-Kulaini, Ushulul Kafi, 1/285

[4]       Al-Kulaini, Ushulul Kafi, 2/634. Syaikh mereka al-Majlisi telah menguatkan riwayat ini, dia mengatakan dalam kitabnya Mir'aa-tul Ma'quul 12/525: "Hadits ini adalah dikuatkan", lalu berkata: "Riwayat ini shahih, dan tidak diragukan lagi bahwa riwayat ini dan riwayat shahih lain yang banyak, jelas menyatakan bahwa al-Qur'an telah dikurangi dan dirubah. Menurut saya, semua ri-wayat dalam permasalahan ini maknanya mutawatir.” (Mutawa-tir adalah berita yang diriwayatkan oleh sepuluh perawi lebih dan tidak diragukan lagi kebenarannya—penj).

[5]       Catatan: Penulis Syi’ah ini dengan gegabah memotong ayat yang berkaitan dengan Musa yang menunjukkan pengertian “Se-sudah kamu datang.” Tapi ia membawa ayat itu dengan mak-sud, “Kamu tidak datang.”−ed.

[6]       Ath-Thabrasi, al-Ihtijaj, 225  dan kitab Fashlul Khitab, 7

[7]       An-Nuri at-Thabrasi, Fashlul Khitab fi Itsbat Tahriifi Kitabi Rabbil Arbaab, 347.

 
Retour a la page principale
قسم الأخـبـار :: الدفاع عن السنة