Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
Abdullah bin Muhammad As-Salafi  
  Kunjungan Buku : 102124  
Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
     Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
     Mukaddimah
     Sejarah Lahirnya Rafidhah
     Sebab Penamaan Syi’ah dengan Rafidhah
     Berbagai Macam Sekte Rafidhah
     Aqidah Bada’ yang Diyakini oleh Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Sifat-sifat Allah
     Aqidah Rafidhahtentang al-Qur'an yang Dijaga Keotentikannya oleh Allah
     Aqidah Rafidhah tentang Para Sahabat Rasulullah
     Sisi Kesamaan Antara Yahudi dan Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Imam-imam Mereka
     Aqidah Raj’ah bagi Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Taqiyyah
     Aqidah Rafidhah tentang ath-Thinah
     Aqidah Rafidhah tentang Ahlus Sunnah
     Aqidah Rafidhah tentang Nikah Mut’ah dan Keutamaannya
     Aqidah Rafidhah tentang Kota Najf dan Karbala serta Keutamaan Menziarahinya
     Sisi Perbedaan Antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah
     Aqidah Rafidhah tentang Hari ‘Asyura dan Keutamaannya Menurut Mereka
     Aqidah Rafidhah tentang Bai’at
     Hukum Pendekatan Antara Ahlus Sunnah yang Mengesakan Allah dengan Syi’ah yang Menyekutukan-Nya
     Komentar Ulama Salaf dan Khalaf tentang Rafidhah
     Surat al-Wilayah yang Diakui Rafidhah Termasuk Satu Surat dalam al-Qur’an
     Lauh Fathimah Didakwakan Sebagai Wahyu yang Turun kepada Fathimah
     Doa Dua Patung Quraisy
     Penutup
     Referensi Penting untuk Membantah Aqidah Syi’ah
     Buku-buku Kontemporer
     Beberapa Situs Rujukan untuk Membantah Syi'ah
     Sambutan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
 
Aqidah Rafidhah tentang Imam-imam Mereka

Orang-orang Rafidhah mengaku bahwa para imam mereka adalah ma'shum (terjaga dari kesalahan dan dosa) serta mengetahui yang ghaib.

Dikutip oleh al-Kulaini dalam bukunya Ushulul Kaafi, Imam Ja'far ash-Shadiq berkata, “Kami adalah gudang ilmunya Allah dan kami penerjemah perintah Allah serta kami kaum yang ma'shum, diwajibkan taat kepada kami, dan dilarang menyelisihi kami, dan kami menjadi saksi atas perbuatan manusia di bawah langit dan di atas bumi.”[1]

Al-Kulaini pun berpendapat dalam buku yang sa-ma, bab: Para Imam Dapat Mengetahui Apa Saja Jika Menghendakinya, dari Ja'far ia berkata: “Imam bisa mengetahui apa saja jika memang menghendaki-nya dan mereka mengetahui kapan mereka mati dan tidak mati melainkan karena keinginan sendiri.”[2]

Al-Khameini—orang binasa—dalam bukunya Tahrirul Wasilah mengatakan: “Sesungguhnya imam kita mempunyai kedudukan terpuji dan derajat yang tinggi, memiliki kekuasaan penciptaan, yang semua makhluk tunduk kepada kekuasaan dan kekuatannya.” Dia juga mengatakan: “Sesungguhnya kita (imam yang dua belas) memiliki keadaaan-keadaan tertentu bersa-ma Allah yang tidak dimiliki oleh seorang malaikat yang dekat dengan Allah atau nabi yang diutus.”[3]

Bahkan orang-orang Rafidhah keterlaluan dalam mengagungkan imam-imam mereka, sampai melebih-kan mereka di atas semua nabi kecuali Nabi Muham-mad . Sebagaimana dikatakan oleh al-Majlisi dalam bukunya Mir'aatul 'Uquul: “Dan sesungguhnya mere-ka lebih utama dan lebih mulia daripada semua nabi kecuali Nabi kita Muhammad.”[4]

Pengkultusan mereka tidak hanya sampai di sini saja, mereka mengatakan juga bahwa para imam me-reka memiliki kekuasaan penciptaan, sebagaimana di-katakan oleh al-Khuu'iy dalam bukunya Mishbahul Faqahah: “Sepertinya sudah tidak ada keraguan lagi akan kekuasaan mereka terhadap semua makhluk, ber-dasarkan yang dipahami dari riwayat-riwayat yang ada, karena mereka itu adalah perantara dalam penciptaan dan semua yang ada tercipta karena adanya mereka. Karena merekalah semua ada, seandainya bukan ka-rena mereka, manusia tidak akan diciptakan. Maka ma-nusia tercipta untuk mereka dan dengan mereka ter-ciptanya manusia. Merekalah perantara dalam penam-bahan makhluk, bahkan mereka itu mempunyai ke-kuasaan penciptaan di bawah Sang Pencipta. Maka kekuasaan ini setara dengan kekuasaan Allah terha-dap makhluk.”[5]

Kita berlindung kepada Allah dari sikap melampaui batas dan kesesatan ini. Bagaimana mungkin para imam mereka adalah perantara dalam penciptaan? Ba-gaimana para imam tersebut adalah sebab penciptaan makhluk? Dan bagaimana mereka adalah sebab pen-ciptaan semua manusia? Bagaimana mungkin manusia tercipta untuk para imam itu, sedangkan Allah  ber-firman:

 

(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ) الذاريات [٥٦]

 

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia me-lainkan agar mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)

Kita berlindung kepada Allah dari keyakinan-ke-yakinan sesat ini yang jauh dari al-Qur’an dan Sunnah yang suci.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Rafidhah menyangka bahwa urusan agama diserahkan kepada para ulama dan ahli ibadah di antara mereka. Halal adalah yang menurut mereka halal dan haram adalah yang menurut mereka haram serta konsep keagamaan adalah yang mereka syariatkan.”[6]

Jika Anda wahai pembaca yang budiman ingin mengetahui kekafiran, kemusyrikan, dan pengultusan yang berlebih-lebihan yang diyakini oleh orang-orang Rafidhah, bacalah bait-bait berikut ini yang dilantun-kan oleh tokoh kontemporer mereka yang bernama Ibrahim al-Amili tentang penyanjungan terhadap Ali bin Abi Thalib :

Wahai Abu Hasan engkau adalah mata Tuhan

Dan tanda kekuasaan-Nya yang tinggi

Engkau adalah yang mengerti semua yang ghaib

Tidaklah ada sesuatu yang tersembunyi darimu

Engkaulah yang menggerakkan perjalanan semua yang ada

Dan milikmulah samudera-samudera yang luas

Milikmu segala urusan, bila engkau menghendaki engkau hidupkan besok

Dan bila engkau menghendaki engkau cabut nyawa

Penyair lain yang bernama Ali bin Sulaiman al-Mazidi ketika memuji Ali bin Abi Thalib t, berkata dalam bait-bait syairnya:

Abu Hasan engkau suami sang perawan

Engkau berada di sisi Allah dan diri Rasul

Purnama kesempurnaan dan matahari kecerdasan

Hamba Rabb dan engkau adalah raja

Nabi memanggilmu pada hari Kudair

Memberi ketetapan untukmu pada hari Ghadir

Bahwa engkau pemimpin kaum Mukminin

Dan mengalungkan kepemimpinannya di lehermu

Kepadamu kembali segala urusan

Engkau mengetahui segala yang terdapat di dalam dada

Engkaulah yang membangkitkan penghuni kubur

Kiamat ada dalam ketetapanmu

Engkau maha mendengar lagi maha mengetahui

Maha kuasa atas segala sesuatu

Jika bukan karenamu bintang tak akan berjalan

Dan tidak akan ada planet yang beredar.

Engkau mengetahui segala makhluk

Dan engkau yang berbicara dengan Ash-habul Kahfi

Jika bukan karenamu maka Musa tidak akan berbicara dengan Allah

Maha suci zat yang menjadikanmu

Engkau akan mengetahui rahasia namamu di alam raya

Cintamu bagaikan matahari di pelupuk mata

Murkamu pada orang-orang yang membencimu

Bak bara, dan tidak ada keberuntungan bagi mereka yang membencimu

Maka siapa yang telah berlalu dan yang akan datang

Siapakah para Nabi, siapakah pula para Rasul

Apa pula pena lauh mahfuzh, apa pula alam raya

Semuanya menghamba dan menjadi budakmu

Abu Hasan, wahai pengatur alam

Gua pelindung orang-orang terusir, tempat berteduh para musafir

Pemberi minum bagi pecintamu pada Hari Kiamat

Mengacuhkan orang yang mengingkarimu pada Hari Kbangkitan

Abu Hasan, wahai Ali yang agung

Kecintaanku padamu menjadi penerang dalam kuburku

Namamu bagiku, menjadi penghibur di kala susah

Cintaku padamu jalan menuju surgamu

Engkau penambah bekal bagi diriku

Tatkala datang keputusan Ilah yang mulia.

Ketika penyeru mengumumkan, bersegeralah, bersegeralah

Tidak mungkin engkau meninggalkan orang yang berlindung kepadamu

Apakah mungkin seorang Muslim yang komitmen kepada agamanya membuat syair seperti ini? Demi Allah, sesungguhnya orang-orang jahiliyah dulu pun ti-dak pernah terperosok ke dalam kesyirikan, kekafiran, dan berlebih-lebihan sebagaimana keterperosokan yang dialami oleh penganut Rafidhah sesat ini.

 

 

 

Ñc&dÐ

 

 

 



[1]     Ushuulul Kaafi, 1/165

[2]     Ushulul Kaafi, dalam Kitabul Hujjah, 1/258

[3]     Al Khameini, Tahriirul Wasilah, 52, 94

[4]     Al-Majlisi, Mir'aatul 'Uquul fi Syarhi Akhbarir Rasul,  2/ 290

[5]     Abul Qasim al-Khuu'iy, Mishbahul Faqahah, 5/ 33

[6]     Minhajus Sunnah, hal. 1/482


 

 
Retour a la page principale
قسم الأخـبـار :: الدفاع عن السنة