Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
Abdullah bin Muhammad As-Salafi  
  Kunjungan Buku : 102123  
Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
     Inilah Kesesatan Aqidah Syi’ah
     Mukaddimah
     Sejarah Lahirnya Rafidhah
     Sebab Penamaan Syi’ah dengan Rafidhah
     Berbagai Macam Sekte Rafidhah
     Aqidah Bada’ yang Diyakini oleh Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Sifat-sifat Allah
     Aqidah Rafidhahtentang al-Qur'an yang Dijaga Keotentikannya oleh Allah
     Aqidah Rafidhah tentang Para Sahabat Rasulullah
     Sisi Kesamaan Antara Yahudi dan Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Imam-imam Mereka
     Aqidah Raj’ah bagi Rafidhah
     Aqidah Rafidhah tentang Taqiyyah
     Aqidah Rafidhah tentang ath-Thinah
     Aqidah Rafidhah tentang Ahlus Sunnah
     Aqidah Rafidhah tentang Nikah Mut’ah dan Keutamaannya
     Aqidah Rafidhah tentang Kota Najf dan Karbala serta Keutamaan Menziarahinya
     Sisi Perbedaan Antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah
     Aqidah Rafidhah tentang Hari ‘Asyura dan Keutamaannya Menurut Mereka
     Aqidah Rafidhah tentang Bai’at
     Hukum Pendekatan Antara Ahlus Sunnah yang Mengesakan Allah dengan Syi’ah yang Menyekutukan-Nya
     Komentar Ulama Salaf dan Khalaf tentang Rafidhah
     Surat al-Wilayah yang Diakui Rafidhah Termasuk Satu Surat dalam al-Qur’an
     Lauh Fathimah Didakwakan Sebagai Wahyu yang Turun kepada Fathimah
     Doa Dua Patung Quraisy
     Penutup
     Referensi Penting untuk Membantah Aqidah Syi’ah
     Buku-buku Kontemporer
     Beberapa Situs Rujukan untuk Membantah Syi'ah
     Sambutan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
 
Sejarah Lahirnya Rafidhah

Rafidhah lahir ke permukaan ketika seorang Ya-hudi bernama Abdullah bin Saba' hadir dengan me-ngaku sebagai seorang Muslim, mencintai Ahlul Bait (keluarga Nabi), berlebih-lebihan di dalam menyanjung Ali bin Abi Thalib t, dan mendakwakan adanya wa-siat baginya tentang kekhalifahannya, yang pada akhir-nya ia mengangkatnya sampai ke tingkat ketuhanan. Hal ini diakui oleh buku-buku Syi'ah itu sendiri.

Al-Qummi pengarang buku al-Maqalaat wal Firaq[1] mengaku dan menetapkan akan adanya Abdullah bin Saba' ini dan menganggapnya orang yang pertama ka-li menobatkan keimaman (kepemimpinan) Ali bin Abi Thalib t dan dia akan kembali hidup di akhir zaman. Di samping ia juga termasuk orang yang pertama men-cela Abu Bakar, Umar, Utsman dan para sahabat yang lainnya. Ini diakui juga oleh an-Nubakhti dalam bu-kunya Firaqus Syi'ah,[2] dan al-Kasyi dalam bukunya yang terkenal Rijalul Kasyi.[3]

Adapun penganut Syi'ah kontemporer yang meng-akui adanya sosok Abdullah bin Saba' ini adalah Muhammad Ali al-Mu'allim dalam bukunya: Abdullah bin Saba', al-Haqiqatul Majhulah (Abdullah bin Saba', Sebuah Hakikat yang Terlupakan).[4] Pengakuan meru-pakan argumen yang paling kuat, dan itu semua mun-cul dari para tokoh senior Syi’ah sendiri.

Al-Baghdadi v berkata: “As-Sabaiyyah adalah pengikut Abdullah bin Saba', yang berlebih-lebihan di dalam mengagungkan Ali bin Abi Thalib t, sehingga ia mendakwakannya sebagai seorang nabi, sampai ke-pada pengakuan bahwa dia adalah Allah.”

Al-Baghdadi menambahkan: “Ibnus Sauda' (nama

lain Abdullah bin Saba') adalah seorang Yahudi dari penduduk Hirah, berpura-pura menampakkan dirinya beragama Islam sebagai senjata agar bisa memiliki pe-ngaruh dan kepemimpinan pada penduduk Kufah. Dia berkata kepada penduduk Kufah bahwa ia mendapati dalam kitab Taurat bahwa setiap nabi memiliki washi (seorang yang diwasiati untuk menjadi khalifah atau imam). Dan Ali adalah washi-nya Nabi Muhammad r.

Asy-Syahrastani menyebutkan bahwa Abdullah bin Saba' adalah orang yang pertama kali memuncul-kan pernyataan Ali bin Abi Thalib t diangkat sebagai imam berdasarkan nash.

Demikian juga dikatakan bahwa as-Sabaiyyah adalah sekte yang pertama kali menyatakan tentang hilangnya imam mereka dan akan muncul kembali di kemudian hari.”

Pada masa berikutnya orang-orang Syi'ah—mes-kipun mereka ini (Syi'ah) terbagi menjadi bermacam sekte dan saling berselisih—mewarisi keyakinan akan keimaman dan hak Ali sebagai khalifah berdasarkan kepada nash maupun wasiat.[5]

Ini semua merupakan warisan Abdullah bin Saba', selanjutnya mereka pun berkembang biak menjadi ber-puluh-puluh sekte dengan aneka ragam perbedaan pendapat yang banyak sekali.

Dengan demikian jelaslah, bahwa Syi'ah membuat ideologi-ideologi baru seperti adanya wasiat kekhali-fahan Ali bin Abi Thalib t, munculnya kembali imam mereka di kemudian hari, menghilangnya imam dan bahkan penuhanan para imam mereka sebagai bukti mereka hanya mengekor kepada Abdullah bin Saba' seorang Yahudi.[6]

 

 

 

Ñc&dÐ



[1]       Al-Qummi, al-Maqalaat wal Firaq, 10 – 21

[2]       An-Nubakhti, Firaqus Syi'ah, 19 – 20

[3]       Lihat beberapa riwayat yang ditulis oleh al-Kasyi tentang Ibnu Saba' dan aqidahnya, riwayat no. 170, 171, 172, 173, 174, pada halaman 106 –108.

[4]       Buku ini merupakan bantahan terhadap sebuah buku yang ditulis oleh seorang penganut Syi'ah bernama Murtadha al-'Askari ber-judul Abdullah ibnu Saba' wa Asatiir Ukhra (Abdullah bin Saba', Sebuah Ilusi dan Ilusi-ilusi Lain). Penulisnya mengingkari adanya sosok bernama Abdullah bin Saba'.

[5]       Yang dimaksud dengan nash adalah penentuan Ali t sebagai khalifah berdasarkan dalil dari al-Qur'an maupun as-Sunnah. Se-dang yang dimaksud wasiat adalah penentuan Ali sebagai khalifah dengan wasiat dari Nabi r sebelum beliau meninggal dunia (penj).

[6]       Al-Lalikai: Ushuulu I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, hal. 1/22 – 23


 
Retour a la page principale
قسم الأخـبـار :: الدفاع عن السنة